Politik

WHO Pecat Salah Satu Pejabat Tinggi gegara Tuduhan Tindakan Rasis

18 April
880
4juta

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memecat seorang pejabat utamanya di Pasifik Barat. Pasalnya, sejumlah staf menyebut, pejabat tersebut telah melakukan tindakan rasis, kasar, dan tidak etis. Para staf khawatir, sikap pejabat tersebut bakal membahayakan tanggapan PBB terhadap pandemi COVID-19.

Hal tersebut telah dilaporkan Associated Press tahun lalu. Dalam email yang dikirim ke karyawan pada Rabu (8/3/2023), Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pengangkatan Dr Takeshi Kasai telah 'dihentikan' setelah penyelidikan internal menemukan tindakan pelanggaran.

Dalam kesempatan tersebut, Tedros tidak secara gamblang menyebut nama Kasai, melainkan hanya merujuk gelarnya sebagai direktur regional di Pasifik Barat. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah WHO, ada seorang direktur regional diberhentikan.

"Ini merupakan perjalanan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan menantang bagi kita semua," tulis Tedros, dikutip dari Japan Today. Ia menyebut, proses pemilihan direktur regional baru untuk Pasifik Barat akan dimulai bulan depan.

Seorang pria yang menjadi lebih kurus 32 kg membuat kagum seluruh negara dengan resepnya: Tanpa diet, saat perut kosong dia hanya minum yang hangat...
21 Agt
171
855ribu

Mengacu pada hasil ringkasan investigasi internal WHO yang dipresentasikan pada pertemuan dewan eksekutif pekan ini di Jenewa, Kasai telah melecehkan pekerja di Asia dengan terlibat dalam komunikasi agresif, penghinaan publik, dan membuat komentar rasis.

Direktur senior WHO sempat menyinggung, Kasai telah menciptakan 'suasana beracun'. Para staf takut akan pembalasan jika mereka berani menantang. Ditambah, menurut materi rahasia yang diperoleh AP, para pejabat juga menemukan Kasai memanipulasi setidaknya satu evaluasi kinerja seorang bawahan.

Pencopotan Kasai mengacu pada investigasi AP yang diterbitkan pada Januari 2022, mengungkapkan lebih dari 30 staf WHO dengan identitas rahasia mengirimkan keluhan tertulis tentang direktur tersebut kepada para pemimpin senior WHO dan anggota dewan eksekutif organisasi.

Dokumen dan rekaman menunjukkan bahwa Kasai membuat pernyataan rasis kepada stafnya dan menyalahkan kemunculan COVID-19 di beberapa negara Pasifik atas kurangnya kapasitas karena rendahnya budaya, ras, dan tingkat sosial ekonomi.

Tidak punya gigi - pakai veneer yang nyaman!
19 Agt
763
3juta

Beberapa staf WHO yang bekerja di bawah Kasai menyebut, Kasai secara tidak benar membagikan informasi sensitif terkait vaksin COVID-19 untuk membantu Jepang, negara asalnya, mencetak poin politik dengan donasi yang ditargetkan. Diketahui, Kasai adalah seorang dokter Jepang yang bekerja di sistem kesehatan masyarakat negaranya sebelum pindah ke WHO. Terhitung, ia telah bekerja di WHO selama lebih dari 15 tahun.

"Membuat keputusan pada kasus tingkat tinggi seperti kasus Dr Kasai tidaklah cukup," ungkap Javier Guzman dari Pusat Pembangunan Global.

"WHO dan Dr. Tedros harus berbuat lebih baik untuk menjamin bahwa kebijakan tanpa toleransi itu nyata," pungkasnya sembari menilai, sistem peradilan internal di WHO masih kurang.

Orang yang Mengalami Sakit Lutut dan Pinggul Harus Membaca Ini
19 Agt
465
2juta



Politik

WHO Pecat Salah Satu Pejabat Tinggi gegara Tuduhan Tindakan Rasis

18 April
880
4juta

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memecat seorang pejabat utamanya di Pasifik Barat. Pasalnya, sejumlah staf menyebut, pejabat tersebut telah melakukan tindakan rasis, kasar, dan tidak etis. Para staf khawatir, sikap pejabat tersebut bakal membahayakan tanggapan PBB terhadap pandemi COVID-19.

Hal tersebut telah dilaporkan Associated Press tahun lalu. Dalam email yang dikirim ke karyawan pada Rabu (8/3/2023), Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pengangkatan Dr Takeshi Kasai telah 'dihentikan' setelah penyelidikan internal menemukan tindakan pelanggaran.

Dalam kesempatan tersebut, Tedros tidak secara gamblang menyebut nama Kasai, melainkan hanya merujuk gelarnya sebagai direktur regional di Pasifik Barat. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah WHO, ada seorang direktur regional diberhentikan.

"Ini merupakan perjalanan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan menantang bagi kita semua," tulis Tedros, dikutip dari Japan Today. Ia menyebut, proses pemilihan direktur regional baru untuk Pasifik Barat akan dimulai bulan depan.

Seorang pria yang menjadi lebih kurus 32 kg membuat kagum seluruh negara dengan resepnya: Tanpa diet, saat perut kosong dia hanya minum yang hangat...
21 Agt
171
855ribu

Mengacu pada hasil ringkasan investigasi internal WHO yang dipresentasikan pada pertemuan dewan eksekutif pekan ini di Jenewa, Kasai telah melecehkan pekerja di Asia dengan terlibat dalam komunikasi agresif, penghinaan publik, dan membuat komentar rasis.

Direktur senior WHO sempat menyinggung, Kasai telah menciptakan 'suasana beracun'. Para staf takut akan pembalasan jika mereka berani menantang. Ditambah, menurut materi rahasia yang diperoleh AP, para pejabat juga menemukan Kasai memanipulasi setidaknya satu evaluasi kinerja seorang bawahan.

Pencopotan Kasai mengacu pada investigasi AP yang diterbitkan pada Januari 2022, mengungkapkan lebih dari 30 staf WHO dengan identitas rahasia mengirimkan keluhan tertulis tentang direktur tersebut kepada para pemimpin senior WHO dan anggota dewan eksekutif organisasi.

Dokumen dan rekaman menunjukkan bahwa Kasai membuat pernyataan rasis kepada stafnya dan menyalahkan kemunculan COVID-19 di beberapa negara Pasifik atas kurangnya kapasitas karena rendahnya budaya, ras, dan tingkat sosial ekonomi.

Tidak punya gigi - pakai veneer yang nyaman!
19 Agt
763
3juta

Beberapa staf WHO yang bekerja di bawah Kasai menyebut, Kasai secara tidak benar membagikan informasi sensitif terkait vaksin COVID-19 untuk membantu Jepang, negara asalnya, mencetak poin politik dengan donasi yang ditargetkan. Diketahui, Kasai adalah seorang dokter Jepang yang bekerja di sistem kesehatan masyarakat negaranya sebelum pindah ke WHO. Terhitung, ia telah bekerja di WHO selama lebih dari 15 tahun.

"Membuat keputusan pada kasus tingkat tinggi seperti kasus Dr Kasai tidaklah cukup," ungkap Javier Guzman dari Pusat Pembangunan Global.

"WHO dan Dr. Tedros harus berbuat lebih baik untuk menjamin bahwa kebijakan tanpa toleransi itu nyata," pungkasnya sembari menilai, sistem peradilan internal di WHO masih kurang.

Orang yang Mengalami Sakit Lutut dan Pinggul Harus Membaca Ini
19 Agt
465
2juta
👉 Rekomendasi
Semua berita